Kata Pengantar
Ada air hujan turun di halaman. Hujan itu turun dari kabut yang bertemu.
Hujan itu bergenang. Sebahagian terus mengalir ke tempat yang rendah. Ada yang
terus bergenang sampai panas mengeringkannya, ada yang kembali ke dalam tanah,
menyuburkan bagi bibit baru, memekarkan bunga dari kuncupnya. Kemudian pada
waktu yang lain kembali menguap jadi hujan. Siklus yang terus berulang.
Kehidupan seharusnya seperti hujan yang bertemu dan berpisah karena
cinta, kemudian bertemu lagi karena cinta. Adanya bukan untuk dirinya sendiri.
Adanya untuk keberadaan yang lain. Karena “adanya” yang lain tetap terus ada,
tetap terus tumbuh, tetap terus mekar.
Begitulah Rumahkayu Indonesia ingin terus terlahir. Adanya untuk mereka
para penulis yang ingin terus berkarya. Bukan persoalan mereka pemula. Bukan
persoalan mereka sudah lama menulis. Pemula dan pemain lama bukanlah sebuah
ukuran. Rasa berbagi, rasa memiliki, rasa cinta yang membuat karya-karya ini
lahir. Karya bukanlah pilihan untuk koleksi pribadi semata, karya sudah
semestinya menjadi konsumsi para pembaca, agar mereka kenyang, agar mereka
bahagia, agar mereka tersenyum menyambut hari esok kembali dengan rintik hujan
di halaman rumah.
Karya yang terhimpun dalam naskah ini adalah karya dari 60 naskah terbaik
dari 1154 naskah yang diseleksi tim kurator dalam Lomba Cerpen Nasional
Bertemakan Bebas. Enam puluh karya ini kemudian dibagi menjadi dua buku: Satu
Miliar Cinta, buku pertama, terdiri dari 29 karya, sebab satu karya tidak
dimasukkan dengan alasan tertentu dari curator. Tarian Hujan Kenangan yang
Terus bersemi adalah buku kedua. Terdiri dari 30 cerpen.
Esok hujan akan turun lagi. Bahkan begitu sepanjang tahun. Biarlah bumi
ini terus subur. Biarlah karya-karya ini terus lahir.
Padang, 31 Juli
2015
Salam,
Rumahkayu
Publishing
No comments: